Makhluk hidup dapat menjaga kelanjutan generasinya melalui sistem
reproduksi yang berfungsi sempurna. Akan tetapi, manusia dan hewan tidak cukup
memiliki sistem reproduksi saja. Mereka juga memerlukan naluri khusus, yaitu
naluri seksual, yang membuat proses reproduksi menjadi menarik. Bila tidak,
kebanyakan hewan tidak akan mencoba melakukannya meski mempunyai kesempatan
untuk bereproduksi. Demikian pula, mereka tentu menghindari kegiatan seksual
saat menyadari sulitnya melahirkan, bertelur, dan masa pengeraman.
Dorongan seksual semata juga
tidak akan cukup. Meskipun makhluk hidup berhubungan seksual dan menghasilkan
individu baru, spesies mereka bisa saja punah bila mereka tidak diciptakan
mempunyai naluri untuk melindungi dan merawat anaknya. Bila pasangan induk
tidak memiliki rasa kasih sayang, seperti yang dimiliki sebagian besar makhluk
hidup, suatu spesies bisa saja punah.
Mengenai hal ini, para
pendukung evolusi memperbincangkan “kesadaran untuk memiliki keturunan”.
Menurut mereka, sebagaimana setiap individu berusaha keras melindungi diri
sendiri, pasti mereka juga berusaha mengembangbiakkan spesiesnya. Akan tetapi,
nyatanya seekor hewan tak dapat berpikir, “Generasiku harus terus berlanjut
sepeninggal diriku, jadi aku harus berusaha sebisa mungkin”. Hewan melindungi
dan merawat anaknya bukan karena berharap keuntungan di masa depan, namun
karena mereka sudah diciptakan dengan naluri seperti itu.
Sebaliknya, ada beberapa
jenis hewan yang tidak mempunyai kasih sayang dan bahkan mengabaikan anaknya
setelah dilahirkan. Hewan-hewan ini menghasilkan banyak keturunan setiap
melahirkan dan sebagian anaknya dapat bertahan hidup tanpa perlindungan. Bila
jenis hewan ini mempunyai naluri untuk melindungi anaknya, akan terjadi ledakan
populasi spesies mereka dan akhirnya keseimbangan alam terganggu.
Singkatnya, sistem
reproduksi yang merupakan prasyarat bagi kelangsungan kehidupan ini, merupakan
sistem yang diciptakan Allah. Dia yang menghendaki kehidupan
terus berlangsung. Allah adalah “Pemberi Kehidupan”. Dia yang menciptakan
makhluk hidup dan Dia yang menciptakan keturunannya hadir ke dunia. Semua makhluk hidup dapat
hidup berkat Dia. Mereka berutang nyawa bukan kepada induknya, melainkan kepada
Allah yang telah menciptakan mereka beserta induknya. Allah
berfirman di dalam Al Quran:
“Dan Dialah yang menciptakan
serta mengembangbiakkan kamu di bumi ini dan kepada-Nya-lah kamu akan
dihimpunkan.” (Surat Al Mu’minun: 79)
Pada halaman-halaman berikut, kita
akan membahas sistem reproduksi yang dianugerahkan Allah kepada beberapa jenis
makhluk hidup. Mereka menghadapi banyak rintangan dalam menjamin kelanjutan
spesies mereka. Mereka melakukannya bukan karena dapat berpikir dan memutuskan
untuk “menjamin kelangsungan spesies” namun karena rahmat dan kasih sayang yang
Allah curahkan. Hewan-hewan ini hanyalah beberapa contoh makhluk yang memiliki
sistem reproduksi menakjubkan. Pada kenyataannya, sistem reproduksi setiap
makhluk merupakan keajaiban tersendiri.
Penguin:
Hewan Yang Diciptakan Sesuai Iklim Kutub
Di lingkaran kutub Antartika yang ditempati penguin, suhu dapat mencapai
-40°C.
Tubuh penguin diselimuti lapisan lemak tebal, sehingga mereka dapat bertahan
hidup di lingkungan beku tersebut. Selain itu, sistem pencernaan mereka sangat
maju, sehingga dapat menguraikan makanan dengan sangat cepat. Kedua faktor ini
menjaga suhu tubuh penguin pada 40°C, yang membuat mereka dapat mengabaikan udara dingin.
Semuanya Hanya Untuk Anak Penguin
Penguin mengerami telurnya
selama musim dingin di kutub. Yang mengerami telur bukanlah betina, melainkan
yang jantan. Selain harus melawan suhu dingin yang mencapai -400 C,
pasangan penguin harus menghadapi gletser pada musim ini. Selama musim dingin,
gletser terus meluas, sehingga memperpanjang jarak antara tempat pengeraman dan
laut sebagai sumber makanan terdekat. Jarak tersebut bisa mencapai lebih dari
100 km.
Penguin betina hanya
bertelur satu butir. Telur dierami oleh si jantan, sedangkan si betina kembali
ke laut. Selama empat bulan mengerami, penguin jantan harus menghadapi badai
kutub yang terkadang mencapai kecepatan 100 km/jam. Karena harus menjaga telur,
penguin jantan tidak punya kesempatan berburu. Sumber makanan terdekat juga
jauh, kira-kira dua hari perjalanan. Penguin jantan dapat kehilangan setengah
berat tubuhnya karena diam selama empat bulan tanpa makan apa-apa, namun
telurnya tak pernah ditinggalkan. Meskipun tidak makan selama berbulan-bulan,
penguin jantan tidak berburu, tetapi menahan laparnya.
Setelah empat bulan, telur
mulai menetas dan penguin betina tiba-tiba muncul kembali. Selama masa
tersebut, penguin betina tidak menyia-nyiakan waktu, tetapi mencari dan
menyimpan makanan di dalam tubuhnya. Meskipun terletak di antara ratusan
penguin lain, penguin betina dapat dengan mudah menemukan pejantan dan anaknya.
Karena sang ibu selalu berburu di masa pengeraman, perutnya kini penuh. Ia
mengosongkan perutnya dan mengambil alih tugas menjaga si kecil.
Saat musim semi tiba, gletser mulai mencair. Lubang
bermunculan di es, yang menampakkan laut di bawahnya. Pasangan induk penguin
mulai berburu ikan lewat lubang tersebut dan memberi makan anaknya.
Memberi makan si bayi adalah tugas sulit. Kadang-kadang pasangan induk
tidak makan dalam jangka waktu lama demi memberi makan sang anak. Sarang juga
tidak mungkin dibuat karena semuanya tertutup oleh es. Satu-satunya cara
menjaga anak dari udara sedingin es adalah meletakkannya di atas kaki mereka
dan menghangatkannya dengan perut mereka.
Bertelur membutuhkan waktu yang tepat. Mengapa penguin bertelur pada musim
dingin dan bukan musim panas? Salah satu alasannya adalah: bila ia bertelur
pada musim panas, perkembangan anak berlangsung pada musim dingin dan laut saat
itu membeku. Tentu si induk akan kesulitan menemukan dan memberi makan anaknya
akibat cuaca yang ganas dan jauhnya jarak mereka dengan laut, sumber makanan
penguin.
Kanguru: Tokoh Dalam Kisah Kelahiran Yang Luar Biasa
Sistem reproduksi kanguru sangat berbeda dengan hewan lainnya. Embrio
kanguru melewati beberapa tahap perkembangan di luar rahim, yang biasanya
terjadi di dalam rahim.
Tidak lama setelah pembuahan, dilahirkan bayi kanguru yang buta, panjangnya
satu sentimeter. Biasanya hanya seekor yang lahir. Pada tahap ini bayi kanguru
disebut neonatus. Sementara embrio semua mamalia melewati tahap ini di dalam
rahim induknya, anak kanguru lahir saat panjangnya baru satu sentimeter.
Neonatus tersebut belum berkembang sempurna: kaki depan belum berbentuk, dan
kaki belakang baru merupakan tonjolan kecil.
Dengan keadaan seperti itu, neonatus tentu tidak dapat meninggalkan
induknya. Setelah keluar dari rahim, neonatus bergerak memanjat menggunakan
kaki depan menyusuri bulu-bulu tubuh induk dan tiga menit kemudian tiba di
kantong induknya. Kantong induk bagi neonatus sama dengan rahim bagi mamalia
lain. Perbedaannya adalah pada mamalia lain anak terlahir dalam bentuk bayi,
sedangkan kanguru masih berupa neonatus ketika keluar dari rahim. Kaki, muka,
dan banyak organ lainnya belum terbentuk. Neonatus yang telah mencapai kantong,
menempelkan dirinya ke salah satu dari empat puting susu dan mulai menyusu.
Pada tahap ini, induk kembali mengalami ovulasi dan sel telur terbentuk di
dalam rahim. Betina sekali lagi berkopulasi dengan jantan sehingga sel telur
dibuahi. Namun, sel telur yang dibuahi tidak segera berkembang. Bila wilayah
Australia Tengah mengalami musim kemarau panjang, seperti yang sering terjadi,
telur yang dibuahi tersebut tidak mengalami perkembangan sampai musim kemarau
selesai. Bila musim hujan datang dan padang rumput tumbuh, perkembangan sel
telur dimulai kembali.
Pada tahap ini, kita menghadapi pertanyaan: siapa yang merencanakan semua
ini, siapa yang mengatur perkembangan telur sesuai kondisi lingkungan? Telur
tidak dapat mengatur dirinya sendiri karena belum sempurna sebagai makhluk
hidup, tidak berakal, dan sama sekali tidak mengetahui kondisi lingkungan di
luar. Induk juga tidak dapat mengatur hal ini karena, seperti makhluk hidup
lain, induk tidak mempunyai kekuasaan atas perkembangan yang terjadi di dalam
tubuhnya. Peristiwa yang luar biasa ini tentu diatur oleh Allah, pencipta induk
dan sel telur.
Apabila cuaca mendukung, 33 hari setelah pembuahan, neonatus baru yang
sebesar biji kacang merah, merayap dari mulut rahim dan mencapai kantong
induknya seperti yang dilakukan kakaknya.
Sementara itu, neonatus pertama di dalam kantong telah mengalami
pertumbuhan yang nyata. Ia tumbuh tanpa mengganggu adiknya yang panjangnya
hanya satu sentimeter. Setelah berumur 190 hari, anak kanguru sudah cukup
dewasa untuk keluar dari kantong induknya. Mulai saat itu, anak kanguru
menghabiskan sebagian besar waktunya di luar kantong dan sepenuhnya
meninggalkan kantong pada umur 235 hari.
Tak lama sesudah kelahiran anak kedua, kanguru betina kembali berkopulasi,
sehingga jumlah anak yang menggantungkan hidup pada induk adalah tiga ekor.
Anak pertama sudah dapat makan rumput, namun kadang-kadang kembali ke kantong
untuk menyusu; anak kedua masih berkembang dengan menyusu; anak ketiga, yang
terkecil, masih dalam bentuk neonatus.
Yang mengejutkan adalah bahwa
ketiga anak ini, yang berada dalam tahap perkembangan yang berbeda-beda dan
bergantung pada induknya, masing-masing mendapatkan jenis air susu yang berbeda
sesuai dengan tahap perkembangannya. Pada awal perkembangannya, anak mendapatkan
susu yang bening dan tidak berwarna, kemudian susu berubah putih seperti air
susu pada umumnya. Jumlah lemak dan zat kandungan lain juga bertambah sejalan
dengan perkembangan anak.
Sementara anak pertama mendapatkan
susu yang sesuai dengan kebutuhannya, anak kedua mendapatkan susu yang lebih
mudah dicerna pada puting susu yang lain. Dengan demikian, induk menghasilkan
dua jenis susu sekaligus dengan kandungan zat yang berbeda. Ketika anak ketiga
lahir, susu yang dihasilkan juga menjadi tiga jenis: bergizi tinggi untuk anak
yang lebih tua, gizi dan lemak lebih rendah untuk anak yang lebih muda. Yang
perlu diperhatikan adalah bahwa setiap anak mendapatkan puting susu yang khusus
bagi dirinya. Bila mengisap puting susu yang mengandung zat yang berbahaya baginya,
susu tersebut bisa membahayakan tubuhnya.
Cara pemberian makan seperti di atas ini memang luar biasa dan jelas
merupakan karya cipta yang unik. Induk kanguru tentu tidak
secara sadar mengatur semuanya. Bagaimana mungkin seekor hewan dapat menentukan
kandungan susu yang berbeda-beda bagi ketiga anaknya? Andaikan bisa, bagaimana
ia dapat menghasilkan ketiga kandungan susu yang berbeda di dalam tubuhnya?
Bagaimana ketiga jenis susu itu disalurkan melalui saluran yang berbeda?
Sudah pasti kanguru tidak
mampu melakukan hal tersebut. Induk kanguru bahkan tidak menyadari bahwa susu
yang dikeluarkan terdiri atas tiga macam. Proses yang sangat mengagumkan ini
pasti hasil dari sifat alamiah yang sudah ada dalam tubuh hewan.
Ibu Macam Apakah Buaya Itu?
Perawatan yang dilakukan
buaya, hewan liar yang hidup di sungai, untuk anaknya ternyata cukup
mengejutkan.
Pertama-tama, buaya menggali
lubang sebagai tempat pengeraman telur. Suhu di dalam lubang tak boleh lebih
dari 30°C. Kenaikan suhu sedikit
saja dapat mengancam kehidupan embrio di dalam telur. Induk buaya mencegah hal
ini dengan mencari lubang tempat penyimpanan terlur di tempat teduh. Meskipun
demikian, ini mungkin belum cukup. Oleh karena itu, induk buaya juga melakukan
upaya lain untuk menjaga suhu telur selalu konstan.
Beberapa jenis buaya tidak
menggali lubang, tetapi membuat sarang di air dari rumput liar (lihat kiri).
Bila suhu sarang masih naik juga, buaya mendinginkan sarang dengan memercikkan
air seni pada sarang. Ketika telur akan menetas, muncul suara nyaring dari
sarang. Suara ini mengingatkan induk bahwa saat yang dinantikan segera tiba.
Induk buaya mengeluarkan telur dan membantu anaknya keluar dari cangkang telur,
menggunakan giginya sebagai penjepit. Tempat paling aman bagi anak yang baru
lahir adalah kantung pelindung di dalam mulut induknya, yang dirancang khusus
untuk memuat setengah lusin bayi buaya.
Di sini terlihat adanya
kerja sama dan rasa rela berkorban pada hewan. Bagi orang-orang yang mengerti,
semua keselarasan di alam secara jelas menunjukkan tanda-tanda kebesaran Allah,
Sang Maha Pencipta segala yang ada di langit dan di bumi.
Teknologi Pemanfaatan Panas
Burung Megapoda
Burung megapoda yang hidup di Kepulauan Pasifik menyiapkan “mesin pengeram”
bagi anak-anaknya. Selama musim panas, burung ini bertelur sebutir setiap enam
hari. Telur megapoda relatif besar dibandingkan ukuran tubuhnya sendiri, hampir
sebesar telur burung unta. Oleh karena itu, megapoda
betina hanya mampu mengerami satu butir telur. Akibatnya, setiap enam hari,
telur yang baru menetas terancam mati karena kurang mendapatkan panas. Namun,
ini bukan masalah bagi mereka karena megapoda jantan mempunyai keahlian membuat
“mesin pengeram” telur, menggunakan bahan yang paling berlimpah di alam, yaitu
pasir dan tanah.
Untuk membuat “mesin” tersebut, enam bulan sebelum musim bertelur tiba,
megapoda jantan mulai menggali lubang dengan kedalaman satu meter dan diameter
lima meter dengan menggunakan cakarnya yang amat besar. Lubang tersebut diisi
dengan rumput liar dan daun basah. Tujuan utamanya adalah menghangatkan telur
dengan menggunakan panas yang dihasilkan bakteri dalam proses pembusukan
tanaman tersebut.
Ada persiapan lain yang dilakukan agar proses ini dapat berlangsung.
Tumbuhan dapat membusuk dan melepaskan panas karena bentuk corong dari lubang
yang dibuat megapoda. Lubang tersebut membuat air hujan merembes masuk dan menjaga tumpukan
dedaunan tetap basah. Kelembapan yang terjadi membuat proses pembusukan dapat
berlangsung di bawah pasir, dan panas pun dilepaskan. Beberapa saat sebelum
musim semi, saat dimulainya musim kering di Australia, megapoda jantan mulai
membuka tumpukan tumbuhan busuk tersebut agar bersentuhan dengan udara bebas. Hal ini dilakukan untuk menjaga keseimbangan panas. Burung betina
sekali-sekali mengunjungi lubang dan memeriksa apakah burung jantan melakukan
tugasnya atau tidak. Akhirnya, burung betina bertelur di pasir di atas dedaunan
busuk itu.
Megapoda Jantan: Termometer Yang Peka
Agar anak dalam “mesin pengeram” dapat berkembang baik, suhu harus konstan
pada ± 33°C.
Untuk mencapai hal ini, megapoda jantan secara teratur mengukur suhu pasir
dengan paruhnya. Paruh ini sensitif dalam mengukur suhu layaknya
termometer. Bila perlu, megapoda akan membuka lubang ventilasi untuk menurunkan
suhu. Megapoda jantan bekerja dengan amat teliti. Bahkan bila ada beberapa
genggam tanah jatuh menutupi lubang pengeraman, megapoda segera
menyingkirkannya dengan kaki dan mencegah perubahan suhu sekecil apa pun. Di
bawah pengaturan yang ketat inilah telur-telur tersebut menetas. Anak yang baru
beberapa jam menetas dari telur sudah tumbuh demikian baik sehingga dapat
langsung terbang.
Bagaimana hewan ini dapat melakukan tugas seperti itu selama jutaan tahun,
padahal manusia pun tak dapat melakukannya? Karena kita tahu bahwa hewan tidak
mempunyai akal seperti manusia, satu-satunya penjelasan dari fenomena tersebut
adalah hewan ini sudah diprogram dan diciptakan untuk melakukan tugas tersebut.
Bila hewan ini tidak diciptakan dengan kemampuan demikian, sulit dijelaskan bagaimana
hewan ini dapat mempersiapkan segalanya enam bulan sebelumnya, atau mengetahui
hakikat proses kimia yang rumit ini. Pertanyaan lain yang akan muncul adalah
mengapa burung megapoda ini melakukan pekerjaan yang susah ini demi melindungi
telurnya. Jawabannya tersembunyi dalam keinginan untuk berkembang biak dan
melindungi anaknya.
Burung Cuckoo
Tahukah Anda, burung cuckoo bertelur di sarang burung lain dan memperdaya
burung tersebut untuk merawat anaknya?
Ketika tiba saatnya bertelur, burung cuckoo betina berpacu dengan waktu.
Dengan siaga dan berjaga, dia bersembunyi di antara dedaunan sambil memata-mati
burung lain yang tengah membangun sarang. Bila dia melihat burung yang
dikenalnya tengah membangun sarang, dia pun memutuskan waktu yang tepat untuk bertelur.
Saat itulah dia menentukan burung yang akan memelihara anaknya.
Burung cuckoo mulai beraksi ketika melihat burung yang telah dipilihnya
bertelur. Begitu burung tersebut meninggalkan sarang, burung cuckoo terbang ke
sarang tersebut dan bertelur di situ. Setelah itu, dia melakukan hal yang
sangat cerdik dengan membuang salah satu telur pemilik sarang. Kecerdikan ini
mencegah munculnya kecurigaan burung pemilik sarang.
Induk cuckoo menjalankan strategi yang hebat dengan penentuan waktu yang
tepat, sehingga anaknya dijamin memulai kehidupan yang aman. Dalam satu musim
cuckoo betina bertelur tidak hanya satu, tetapi dua puluh butir. Oleh sebab
itu, dia harus menemukan banyak induk burung untuk memelihara anaknya,
memata-matai banyak induk burung, dan menentukan waktu yang tepat untuk
bertelur. Induk cuckoo bertelur sebutir setiap dua hari, dan setiap telur
membutuhkan lima hari untuk terbentuk di dalam ovarium. Dia tidak memiliki banyak
waktu.
Setelah dua belas hari masa
pengeraman, telur menetas. Empat hari kemudian, ketika pertama kali membuka
mata, anak cuckoo melihat induk yang penuh kasih sayang—yang bukan orangtuanya.
Hal pertama yang dilakukannya setelah menetas adalah membuang telur-telur yang
lain dari sarang ketika induknya pergi. Induk yang merawatnya itu memberi makan
anak cuckoo, yang dikiranya anaknya sendiri, dengan hati-hati. Menjelang minggu
keenam ketika anak cuckoo meninggalkan sarang, kita akan melihat pemandangan
menarik, yaitu seekor burung besar diberi makan oleh dua ekor burung kecil.
Marilah kita renungkan,
mengapa induk cuckoo meninggalkan anaknya untuk dipelihara burung-burung lain.
Apakah induk cuckoo terpaksa melakukannya karena malas atau karena tidak cukup
cekatan untuk membangun sarang sendiri? Atau, mungkin dahulu induk cuckoo
membangun sarang dan memelihara anaknya sendiri, tetapi kemudian sadar bahwa
semua itu adalah tugas yang merepotkan, lalu dia menemukan cara ini? Menurut
Anda, apakah seekor burung dapat menyusun sendiri rencana seperti ini?
Perang Antara Tawon “Pepsis” Dan Tarantula
Selama musim berkembang biak, berbeda dengan hewan lain, tawon raksasa
bernama “pepsis” tidak mau repot membangun sarang atau mengerami. Oleh alam,
tawon pepsis dilengkapi mekanisme reproduksi yang benar-benar berbeda. Dia
memberi makan dan melindungi telurnya dengan menggunakan labah-labah terbesar
dan paling beracun di dunia, tarantula.
Tarantula umumnya bersembunyi di terowongan yang digalinya di dalam tanah.
Walaupun demikian, tawon ini dilengkapi dengan sensor khusus yang sensitif untuk
mencium bau tarantula, sehingga menemukan mangsa bukan hal yang sulit baginya. Bagaimanapun, tarantula
adalah makhluk yang jarang ada. Oleh karena itu, terkadang tawon harus berjalan
berjam-jam di tanah untuk menemukan satu tarantula saja. Selama perjalanan ini,
tawon tidak lupa membersihkan sensor secara teratur agar tidak kehilangan
sensitivitasnya.
Ketika tawon berhasil
menemukan tarantula, terjadilah perang antara keduanya. Senjata utama tarantula
adalah racun yang mematikan. Pada awal pertempuran, tarantula segera menggigit
tawon. Akan tetapi, pepsis memiliki penangkal racun istimewa sehingga
terlindung dari racun tarantula. Berkat cairan khusus yang dihasilkan tubuhnya
itu, pepsis tidak terpengaruh oleh racun tarantula yang kuat.
Pada tahap ini tidak ada
lagi yang bisa dilakukan tarantula untuk melawan pepsis. Sekarang
giliran pepsis menyengat. Pepsis menggigit bagian kiri atas perut tarantula dan
memasukkan racunnya di sana. Yang menarik, pepsis secara khusus memilih bagian
tubuh ini karena inilah bagian tubuh tarantula yang paling sensitif. Kejadian
paling menarik dimulai setelah tahap ini: racun pepsis yang dimasukkan ke dalam
tubuh tarantula bukan untuk membunuh, melainkan untuk melumpuhkan tarantula.
Pepsis membawa tarantula ke tempat yang sesuai, menggali lubang, dan
meletakkan tarantula di dalamnya. Kemudian pepsis melubangi perut tarantula dan
bertelur di dalamnya sebutir.
Telur pepsis menetas beberapa hari kemudian. Anak pepsis memakan daging
tarantula dan berlindung dalam tubuhnya hingga masa kepompong tiba. Pada masa
itu anak pepsis mengalami metamorfosis.
Pepsis harus menemukan tarantula untuk setiap telur dari dua puluh butir
yang ditelurkannya selama masa reproduksi.
Cara yang luar biasa ini menunjukkan bahwa sistem reproduksi tawon ini secara
khusus diciptakan sesuai dengan sifat alami tarantula. Kalau tidak, sangat
sulit dijelaskan adanya penawar racun tarantula dalam tubuh pepsis, atau cairan
yang dihasilkan pepsis untuk melumpuhkan tarantula.
“Tuhan yang
menguasai timur dan barat dan apa yang ada di antara keduanya: (Itulah Tuhanmu)
jika kamu mempergunakan akal.” (Surat asy-Syu’ara: 28)
Migrasi Burung
Di dalam Al Quran, Allah
berfirman agar kita memperhatikan burung, seperti dalam ayat, “Dan apakah mereka tidak memperhatikan
burung-burung yang mengembangkan dan mengatupkan sayapnya di atas mereka? Tidak
ada yang menahannya (di udara) selain Yang Maha Pemurah. Sesungguhnya Dia Maha Melihat segala sesuatu.” (Surat
al-Mulk: 19). Pada bab ini, kita akan secara khusus membahas burung migran;
kita akan melihat keseimbangan yang diciptakan burung-burung ini saat mereka
mengarungi angkasa, sistem tubuh yang diberikan kepada mereka, dan perhatian
khusus pada kekuasaan Allah yang menjaga mereka “di angkasa”.
Bagaimana
Burung Menentukan Waktu Migrasi?
Mengapa dan bagaimana awalnya burung bermigrasi, serta apa yang membuat
mereka memutuskan untuk bermigrasi telah lama menjadi pusat perhatian. Sebagian
ilmuwan berpendapat bahwa migrasi disebabkan perubahan musim sementara yang
lain percaya bahwa burung bermigrasi untuk mencari makan. Yang perlu
diperhatikan adalah bagaimana burung-burung ini—tanpa perlindungan,
perlengkapan teknis, atau pengamanan, kecuali tubuh mereka sendiri—dapat
melakukan penerbangan yang sangat jauh. Migrasi membutuhkan keahlian khusus
seperti penentuan arah, cadangan makanan, dan kemampuan untuk terbang dalam
jangka waktu yang lama. Hewan yang tidak memiliki ciri-ciri di atas tidak
mungkin dapat berubah menjadi hewan migran, atau hewan yang melakukan migrasi.
Salah satu eksperimen yang mengangkat permasalahan ini adalah sebagai
berikut: burung bulbul dijadikan objek penelitian di sebuah laboratorium yang
suhu dan cahayanya dapat diatur sesuai kebutuhan. Kondisi
di dalam laboratorium diatur sehingga berbeda dengan kondisi di luar
laboratorium. Misalnya, bila di luar musim dingin, kondisi laboratorium dibuat
seperti pada musim semi dan burung menyesuaikan dirinya pada kondisi tersebut.
Burung bulbul menumpuk lemak sebagai sumber energi, seperti yang biasa mereka
lakukan menjelang migrasi. Meskipun burung bulbul mengadaptasikan tubuhnya
dengan iklim buatan, dan menyiapkan diri seakan hendak bermigrasi, mereka tidak
berangkat sebelum waktunya tiba. Mereka mengamati musim di luar. Hal ini
merupakan bukti bahwa burung menentukan waktu migrasi bukan berdasarkan
perubahan musim.
Lalu bagaimana burung menentukan saat untuk bermigrasi? Para ilmuwan masih
belum menemukan jawaban dari pertanyaan ini. Mereka percaya bahwa makhluk hidup
memiliki “jam tubuh” yang membantu mereka mengetahui waktu, bila mereka berada
dalam lingkungan tertutup, dan membedakan perubahan musim. Bagaimanapun,
jawaban bahwa burung memiliki “jam tubuh yang membantu mereka mengetahui saat
untuk melakukan migrasi” adalah jawaban yang tidak ilmiah. Jam seperti apakah itu,
organ tubuh apa yang berinteraksi dengannya, dan bagaimana jam ini muncul di
dalam tubuh? Apakah yang terjadi bila jam ini rusak atau tidak berpengaruh
lagi?
Mengingat sistem yang sama berlaku tidak hanya untuk seekor burung migran,
tetapi juga untuk semua hewan migran, pertanyaan ini perlu mendapat perhatian.
Sebagaimana telah diketahui, burung migran tidak memulai perjalanan
migrasinya dari tempat yang sama. Ketika saat bermigrasi tiba, masing-masing
burung berada di tempat yang berbeda. Pada sebagian besar spesies, pertama-tama
mereka berkumpul di tempat tertentu untuk kemudian bermigrasi bersama. Bagaimana mereka melakukan
pengaturan waktu tersebut? Bagaimana “jam tubuh”, yang katanya dimiliki burung,
dapat begitu selaras? Mungkinkah keteraturan sistematis seperti ini dapat
terjadi secara spontan?
Suatu kegiatan yang sudah
direncanakan tidak mungkin berjalan secara spontan. Selain itu, baik burung
maupun hewan migran lain tidak memiliki penunjuk waktu, dalam bentuk apa pun.
Setiap tahun semua hewan migran bermigrasi pada waktu yang telah ditentukan
oleh mereka sendiri, tetapi bukan berdasarkan jam tubuh. Yang disebut sebagian
orang sebagai jam tubuh adalah kekuasaan Allah atas semua makhluk. Hewan migran
mengikuti perintah Allah seperti halnya semua isi alam semesta.
Penggunaan Energi
Burung menggunakan banyak energi saat terbang. Oleh karena itu, mereka
membutuhkan lebih banyak sumber energi daripada hewan darat maupun hewan laut.
Misalnya, untuk terbang sejauh 3.000 km antara Hawaii dan Alaska, burung
kolibri (yang memiliki bobot beberapa gram) harus mengepakkan sayap sebanyak
2,5 juta kali. Meskipun begitu, mereka dapat tetap berada di udara selama 36
jam. Kecepatan rata-rata selama melakukan perjalanan ini kurang lebih 80
km/jam. Selama melakukan penerbangan seberat ini, jumlah asam dalam darah
bertambah secara berlebihan, dan burung dapat pingsan akibat suhu tubuh yang
meningkat. Beberapa burung menghindari bahaya ini dengan mendarat. Lalu,
bagaimanakah mereka dapat terbang melintasi lautan yang luas dengan selamat?
Berdasarkan pengamatan ahli burung, dalam keadaan seperti ini, burung
mengembangkan sayap selebar-lebarnya, dan dengan beristirahat dalam keadaan
tersebut, suhu tubuhnya turun.
Burung migran memiliki sistem metabolisme tubuh yang kuat agar dapat
melakukan aktivitas yang berat ini. Misalnya, aktivitas metabolisme pada burung
kolibri, burung migran terkecil, dua puluh kali lebih kuat daripada aktivitas
metabolisme gajah. Suhu tubuh burung dapat naik hingga 62°C.
Teknik Terbang
Sebagai makhluk yang diciptakan untuk melakukan penerbangan berat, burung
juga dikaruniai kemampuan untuk memanfaatkan angin guna membantu mereka
terbang.
Misalnya, burung bangau dapat terbang hingga ketinggian 2.000 m dengan
mengikuti arus udara panas, lalu meluncur dengan cepat menuju arus udara panas
berikutnya tanpa harus mengepakkan sayap.
Teknik terbang lain yang biasa dilakukan sekelompok burung adalah formasi
“V”. Pada teknik ini, burung yang besar dan kuat berada paling depan sebagai
perisai melawan arus udara dan membuka jalan bagi burung lain yang lebih lemah.
Dietrich Hummel, seorang insinyur penerbangan, telah membuktikan bahwa dengan
pengaturan seperti ini, secara umum kelompok tersebut dapat menghemat energi
hingga 23%.
Terbang Sangat Tinggi
Beberapa burung migran terbang sangat tinggi. Misalnya, angsa dapat terbang
pada ketinggian 8.000 m. Ini adalah hal yang luar biasa mengingat pada
ketinggian 5.000 m kerapatan atmosfer berkurang sebanyak 63% dibandingkan pada
permukaan laut. Terbang pada ketinggian dengan atmosfer sangat tipis, burung
tersebut harus mengepakkan sayap lebih cepat dan karenanya harus mendapatkan
oksigen yang lebih banyak pula.
Meskipun demikian, paru-paru burung
ini telah diciptakan sedemikian rupa sehingga dapat secara maksimal memanfaatkan
oksigen yang tersedia pada ketinggian tersebut. Paru-paru burung, yang
berfungsi secara berbeda dengan paru-paru mamalia, membantu mereka mendapatkan
energi yang lebih besar dari udara yang lebih sedikit.
Indra Pendengaran Yang Sempurna
Selagi bermigrasi, burung harus
memperhatikan gejala atmosferis. Misalnya, mereka mengubah arah untuk
menghindari badai yang mendekat. Melvin L. Kreithen, ahli burung yang meneliti
indra pendengaran burung, mengamati bahwa beberapa jenis burung dapat mendengar
bunyi yang berfrekuensi sangat rendah, yang tersebar jauh dalam atmosfer. Oleh
karena itu, burung migran dapat mendengar terbentuknya badai di gunung pada
kejauhan atau halilintar di atas samudra yang berjarak ratusan kilometer di
depan. Selain itu, telah diketahui pula bahwa burung dikenal berhati-hati dalam
menentukan rute migrasinya; mereka akan menghindari daerah dengan kondisi
atmosfer yang berbahaya.
Persepsi Arah
Bagaimanakah burung dapat
menentukan arah tanpa bantuan peta, kompas, atau penunjuk arah lain selama
penerbangan yang panjang menempuh ribuan kilometer?
Teori pertama yang dikemukakan berkenaan dengan pertanyaan tersebut adalah
bahwa burung menghafal karakteristik daratan di bawah mereka, sehingga dapat
menemukan daerah tujuan tanpa kebingungan. Akan tetapi, berbagai penelitian
telah membuktikan bahwa teori ini tidak benar.
Dalam sebuah percobaan yang menggunakan burung dara, digunakan lensa buram
untuk mengaburkan penglihatan burung dara. Dengan begitu, mereka tidak dapat
menggunakan tanda-tanda daratan di bawahnya sebagai penunjuk. Meskipun
demikian, ternyata burung dara tetap dapat menemukan jalan mereka meskipun
tertinggal beberapa kilometer dari kelompoknya.
Penelitian berikutnya menunjukkan bahwa medan magnet bumi berpengaruh terhadap
beberapa spesies burung. Berbagai kajian menunjukkan bahwa tampaknya burung
memiliki sistem reseptor magnetik yang maju, yang memungkinkan mereka
menentukan arah dengan menggunakan medan magnet bumi. Sistem ini membantu
burung menentukan arah dengan merasakan perubahan medan magnet bumi selama
migrasi. Berbagai eksperimen menunjukkan bahwa burung migran dapat merasakan
perbedaan medan magnet bumi sebesar 2%.
Sebagian orang berpikir bahwa mereka dapat menjelaskan hal tersebut dengan
mengatakan bahwa burung memiliki semacam kompas di dalam tubuhnya.
Pertanyaannya justru ada di sini.
Pertanyaannya adalah: bagaimanakah burung-burung tersebut dapat
diperlengkapi dengan “kompas alami”? Kita tahu bahwa kompas adalah hasil penemuan
manusia. Lalu bagaimanakah kompas—alat yang dibuat manusia dengan pengetahuan
yang dimilikinya—dapat berada pada tubuh burung? Mungkinkah bertahun-tahun yang
lalu, ketika berusaha menemukan arah, spesies burung memikirkan cara
menggunakan medan magnet bumi untuk menentukan arah dan membuat reseptor magnet
pada tubuhnya? Mungkinkah bertahun-tahun yang lalu spesies burung diperlengkapi
dengan mekanisme seperti ini secara kebetulan? Tentu
saja tidak….
Burung tersebut maupun peristiwa kebetulan tidak mungkin dapat menambahkan
kompas yang sangat maju ke dalam tubuhnya. Struktur tubuh, paru-paru, sayap,
sistem pencernaan, dan kemampuan burung untuk menentukan arah adalah contoh
dari ciptaan Allah yang sempurna:
“Dialah Allah Yang Menciptakan,
Yang Mengadakan, Yang Membentuk Rupa, Yang Mempunyai Nama-Nama Yang Paling
Baik. Bertasbih kepada-Nya apa yang ada di langit dan di bumi. Dan Dialah Yang
Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.” (Surat
al-Hasyr: 24)
“Tidakkah kamu tahu bahwasanya Allah, kepada-Nya bertasbih
apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya.
Masing-masingnya telah mengetahu (cara) sembahyang dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa
yang mereka kerjakan.”(Surat an-Nur: 24)
0 komentar:
Posting Komentar